Monday, December 29, 2014

Former Girls' Generation Member Jessica Preparing For Solo Debut?

Former Girls' Generation Member Jessica Preparing For Solo Debut?
A video that shows former Girls' Generation member Jessica recording in a studio has been uploaded to Instagram, causing speculation that the idol is preparing for her solo debut.
The short video was uploaded by Reggie Martin, the Senior Manager of Special Events and Sports at the Venetian Macau. Martin handles VIP and celebrity relations for the casino.
"Jessica Jung a Korean star and Jermaine Jackson from legendary group Jackson 5 the brother of Michael and Janet Jackson making magic happen in the studio. What a amazing experience to see a icon in action. Stay tuned for 2015. #greatness," the video's caption read.
Jessica was kicked out of Girls' Generation on September 30, 2014 after receiving a ultimatum to either quit operating her fashion brand BLANC (nowBLANC & ECLARE) or she would no longer be a part of the group. The idol had already renewed her contract with SM Entertainent before being kicked out of the group, so it would seem the company still has plans for her to continue as a singer.
There has been no official word from Jessica or SM Entertainment regarding the video of her in the studio; however, netizens are already anticipating the singer's comeback, leaving her messages of support.
You can watch the short video on Reggie Martin's Instagram account.

Mahabarata bab 7 Yayati

Maharaja Yayati adalah putra Raja Nahusha dan salah
seorang nenek moyang Pandawa. Ia tidak pernah
kalah dalam peperangan. Ia selalu mengikuti petunjuk-
petunjuk kitab suci Sastra, menyembah Tuhan dan
menghormati nenek moyang dengan pengabdian yang tak
pernah putus. Ia menjadi masyhur karena pemerintahan-
nya ditujukan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sayangnya,
ia cepat menjadi tua karena kutuk-pastu Mahaguru Sukra
yang diterimanya karena ia bersikap tidak adil terhadap
Dewayani, istrinya. Yayati menjadi tua renta dengan cepat.
Semangat hidupnya hancur, ia merasa malu dan terhina.
Ia tak mampu lagi mereguk kenikmatan dunia, padahal
gairah nafsunya untuk merasakan madu asmara masih
menggebu-gebu.
Pada suatu hari, Yayati memanggil kelima putranya.
Setelah mereka menghadap, ia berkata dengan lembut,
meminta mereka agar sudi menolong ayah mereka.
Kata Yayati, “Kutuk-pastu telah dijatuhkan oleh kakek-
mu Mahaguru Sukra, membuatku tiba-tiba menjadi tua.
Tahu-tahu aku menjadi tua sebelum waktunya, padahal
aku belum puas mengecap kenikmatan duniawi.
“Ketahuilah, hai putra-putraku, sejak muda aku hidup
dengan mengekang hawa nafsuku, menolak semua kese-
nangan duniawi walaupun kesenangan itu wajar dan tidak
melanggar aturan kitab-kitab suci. Setelah menikah de-
ngan ibu kalian, belum lama mengecap kebahagiaan, tahu-
M
tahu aku menjadi tua. Sebab itu, salah seorang dari eng-
kau hendaknya membantuku memikul bebanku, mengam-
bil ketuaanku dan memberikan kemudaanmu padaku.
Siapa di antara kamu yang bersedia menolongku akan
kuangkat menjadi raja negeri ini. Aku ingin menikmati
hidupku sebagai orang muda yang penuh gairah.”
Pertama-tama ia bertanya kepada putra sulungnya.
Putra sulungnya berkata, “Oh, Ayahanda Raja, semua
perempuan dan dayang-dayang akan mencemoohkan aku
kalau aku menjadi tua dalam umurku sekarang. Aku tidak
sanggup menolong Ayahanda. Tanyailah adik-adikku saja.”
Yayati bertanya kepada putranya yang kedua. Dengan
lemah lembut pangeran itu menolak, “Ayahanda, Paduka
menyuruhku menjadi tua, itu berarti Paduka menghancur-
kan seluruh kekuatan dan ketampananku, dan seperti
yang kutahu, itu juga kebajikan. Aku tidak mampu meng-
hadapi hal ini.”
Selanjutnya, ketika giliran ditanya, putra yang ketiga
menjawab, “Seorang lelaki tua tidak akan mampu naik
kuda atau naik gajah dan bicaranya gemetar. Apa yang
masih bisa kulakukan nanti jika tiba-tiba aku menjadi
renta? Aku tidak sanggup.”
Maharaja Yayati marah mendengar penolakan ketiga
putranya. Susah payah dia berusaha mengendalikan diri,
menahan amarahnya, dan mencoba berharap pada putra-
nya yang keempat. Ia berkata, “Maukah engkau mengambil
ketuaanku? Maukah kau menukar kemudaanmu dengan
ketuaanku, untuk sementara saja? Tidak lama. Ayah akan
segera menukarnya kembali. Ayah akan mengambil kem-
bali ketuaan itu dan itu akan membuatmu menjadi muda
lagi.”
Tetapi putranya yang keempat meminta maaf karena ia
tidak bisa melakukan itu. Putra keempat itu tahu, sebagai
lelaki tua renta nanti, hidupnya akan bergantung pada
orang lain. Ia akan terpaksa selalu meminta bantuan orang
lain karena tak mampu membersihkan badannya sendiri,
misalnya. Karena itu, betapapun sangat mencintai ayah-
nya, dia tak sanggup memenuhi permintaannya.
Perasaan Yayati kacau. Ia sedih, marah, dan kesal
mendengar penolakan keempat putranya. Tetapi, masih
ada satu harapan, yaitu putranya yang kelima. Putra
bungsunya itu belum pernah menolak permintaan atau
perintahnya. Katanya, “Engkau harus menolong ayahmu.
Aku hidup sengsara karena ketuaanku ini, karena kulitku
yang keriput, karena rambutku yang memutih, dan karena
ketidakmampuanku. Semua ini gara-gara kutuk-pastu
kakekmu, Mahaguru Sukra. Cobaan ini terlalu berat bagi-
ku! Aku ingin menikmati masa mudaku beberapa waktu
lagi. Maukah engkau mengambil ketuaanku untuk semen-
tara? Setelah cukup puas, aku akan segera mengembali-
kan kemudaanmu. Aku akan terima ketuaanku lagi
dengan senang hati. Janganlah engkau menolak permin-
taanku seperti kakak-kakakmu.”
Puru, putra bungsu Yayati yang sangat menyayangi
ayahnya, berkata, “Ayahku, dengan senang hati aku akan
memberikan kemudaanku kepadamu agar Ayahanda
terlepas dari cengkeraman segala kedukaan dan kesusa-
han dalam memerintah kerajaan. Ambillah kemudaanku
dan berbahagialah Ayahanda!”
Mendengar jawaban itu, Yayati memeluk Puru. Ajaib!
Begitu menyentuh putranya, seketika itu juga dia menjadi
muda kembali. Sebaliknya, Puru tiba-tiba berubah menjadi
tua.
Yayati memenuhi janjinya. Takhta kerajaan ia serahkan
kepada Puru yang kemudian termasyhur sebagai raja yang
memerintah dengan adil dan bijaksana.
Sementara itu, Yayati hidup lama dan menikmati
kehidupan sebagai orang muda. Ia reguk segala kenikma-
tan duniawi dengan gairah yang tak pernah terpuaskan. Ia
pergi ke Taman Kubera dan tinggal di sana selama
bertahun-tahun bersama wanita-wanita cantik dan para
bidadari. Bertahun-tahun ia melampiaskan hawa nafsunya
dan menuruti semua keinginannya, tetapi tak pernah
merasa puas. Di balik itu semua, ia merasa hidupnya
hampa dan tak berarti karena hanya mengejar kenik-
matan. Akhirnya ia sadar, semua itu sia-sia.
Yayati kembali ke kerajaannya lalu menemui Puru.
Kepada putranya itu ia berkata, “Anakku sayang, sekarang
ayahmu sadar. Ternyata nafsu berahi tidak dapat dilawan
dengan  melampiaskannya.  Ibarat  memadamkan  api
dengan minyak. Padahal aku sudah mendengar dan mem-
baca ajaran itu sejak muda, tetapi tidak menyadarinya.
Baru setelah menjalani kehidupan serba bebas tanpa
kekangan, Ayah menjadi sadar. Tak satu pun keinginan
duniawi, seperti gandum, emas, sapi, perempuan, dan lain-
lain, dapat membuat manusia merasa puas. Tak satu pun
dapat membuat manusia merasa damai. Kita hanya dapat
mencapai kedamaian dengan keseimbangan jiwa yang
mengatasi segala kesenangan dan ketidaksenangan. Kete-
nangan jiwa dan perasaan damai yang sejati adalah
karunia mulia dari Yang Maha Kuasa.
“Wahai Puru putraku, ambillah kembali kemudaanmu
dan perintahlah kerajaan ini dengan bijaksana dan penuh
kebajikan.”
Setelah berkata demikian, Yayati memeluk putranya.
Seketika itu juga ia berubah menjadi tua renta dan Puru
kembali menjadi muda. Puru meneruskan pemerintahan-
nya dengan adil dan bijaksana.
Raja Puru mempunyai putra bernama Dushmanta, yang
kelak kawin dengan Syakuntala, putri angkat Resi Kanwa.
Anak Syakuntala dan Dushmanta dinamai Bharata. Kelak,
anak keturunan Bharata menjadi wangsa yang termasy-
hur.
Setelah mendapatkan kembali ketuaannya, Yayati pergi
ke hutan. Di sana ia bertapa dan menjalankan ajaran-
ajaran suci hingga tiba waktunya ia kembali ke surga.

Sunday, December 28, 2014

Girls' Generation's YoonA Cast In Chinese Drama "God of War Zhao Yun"

Girls' Generation's YoonA Cast In Chinese Drama "God of War Zhao Yun"
Girls' Generation member YoonA has been cast as the female lead in the upcoming historical Chinese drama "God of War Zhao Yun".
The new series is base on the novel "Romance of the Three Kingdoms", one of the Four Great Classical Novels of Chinese literature. The series will focus onZhao Yun, one of the famed heroes from the novel.
YoonA has been cast as Xiahou Jing, Zhao Yun's lover. The couple's love is complicated when Jing discovers that Yun is the one who has killed her father.
"God of War Zhao Yun" has many big names attached to it, including rising star Lin Gengxin.
Filming for the drama will begin in January. It will begin airing in August onHunan TV.

human historie/ sejarah sebelum nabi Adam

 Ibnu Abbas ra mengatakan, “Setelah Allah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi dengan segala sifatnya, gunung-gunung telah ditancapkan, angin telah dilepaskan, di bumi telah ada binatang-binatang liar dan bermacam-macam burung, maka buah-buahan mengering dan berjatuhan ke bumi dan di bumi tumbuh rerumputan yang satu sama lain saling tumpang tindih. Pada saat itu, bumi mengadukan persoalan tersebut kepada Tuhannya. Atas pengaduan itu, Allah menciptakan umat yang beraneka ragam dan berlainan jenis, yang diberi nama Jin. Mereka memiliki jiwa dan aktivitas. Lalu mereka bertebaran seperti debu halus karena jumlah mereka yang sangat banyak. Tanah datar, pegunungan, dan berbagai pelosok dunia telah dipenuhi oleh mereka. Mereka menempati permukaan bumi dalam jangka waktu yang dikehendaki oleh Allah. Di antara mereka ada yang putih, hitam, merah, kuning, bercak-bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat, lemah, perempuan, dan laki-laki. Satu sama lain kawin dan melahirkan keturunan. Mereka disebut Jin karena mereka samar, tidak kelihatan. Setelah mereka menyesaki bumi dan dunia kian menyempit karena mereka terus bertambah, bertambah pula bencana karena mereka, maka Allah mengirimkan angin topan kepada mereka. Angin tersebut membinasakan mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tersisa. Mereka adalah yang pertama kali membuat rumah, membelah batu, memburu burung, dan binatang liar. Semua itu terus-menerus mereka lakukan dalam waktu yang lama. Kemudian satu sama lain di antara mereka saling berlaku aniaya: akibatnya, mereka saling berperang. Akan tetapi, perangnya bukan menggunakan senjata. Sebagian di antara mereka melenyapkan sebagian yang lain dengan memblokade rumah-rumah sehingga mereka yang terkepung binasa karena lapar dan haus. Setelah tindakan perusakan yang dilakukan mereka kian memuncak, maka Allah mengirimkan umat yang berasal dari laut kepada mereka yang jasad- jasadnya lebih besar daripada mereka dan bentuknya lebih menakjubkan, yang disebut dengan Bin. Umat tersebut menyerbu mereka sehingga kaum Jin binasa, tidak satu pun yang tersisa. Jin tinggal di bumi kurang lebih 500 tahun. Setelah itu, bumi dikuasai oleh Bin. Mereka menikah satu sama lain, melahirkan keturunan dan berkembang biak semakin banyak sehingga bumi kian penuh. Sebagian di antara mereka suka membenam ke bumi lapis ketujuh (menyusul : Penduduk Bumi Lapis Tujuh) dan menetap di sana untuk beberapa hari. Bagi mereka tidak ada tempat yang terhalang. Mereka adalah yang pertama kali menggali sumur, membuat sungai, dan mengalirkan air dari sumber- sumbernya dan dari laut. Mereka adalah yang pertama kali membuat mesin/roda, membangun jembatan di atas air, menangkapi ikan di lautan, dan memburu binatang-binatang liar di wilayah yang tidak berpenduduk. Oleh karena itu, semua binatang, baik di daratan maupun di lautan, mengadukan urusan tersebut kepada Allah dan kerusakan yang disebabkan oleh mereka kian bertambah. Maka, Allah menciptakan Jan.” Ibnu Abbas ra mengatakan, “Allah menciptakan Jan dari nyala api…” Beliau juga mengatakan bahwa Jan adalah golongan Jin laki-laki. Mereka memiliki jenis yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang disebut dengan Nahabir; ada juga yang disebut Nahamir. Umat ini layaknya seperti manusia, suka makan, minum, dan berketurunan. Di antara mereka ada yang Mu’min dan ada juga yang kafir. Dan nenek moyang mereka adalah Iblis yang dikutuk oleh Allah. Diriwayatkan bahwa Allah menjadikan malaikat sebagai penghuni langit dan menjadikan Jan sebagai penghuni bumi. Setelah binatang liar dan burung mengadukan perbuatan Jin dan Bin, Allah menciptakan Jan, sebagaimana telah diceritakan. Setelah Allah menciptakan Jan, maka Dia menempatkan mereka di bumi. Setelah tinggal di bumi, mereka berperang dengan Bin. Jan terlalu kuat bagi Bin hingga mereka mampu menghancurkan Bin sampai tidak ada satu pun yang tersisa. Tinggallah Jan di bumi. Mereka menikah satu sama lain dan melahirkan keturunan sampai bumi ini penuh. Selanjutnya, di antara mereka timbul kedengkian dan aniaya. Di antara mereka banyak terjadi pertumpahan darah. Sebagian dari mereka mengganggu sebagian lainnya. Atas kejadian ini, bumi mengadu kepada Tuhannya. Maka, ketika itu, kepada mereka Allah mengutus bala tentara malaikat. Dalam rombongan tersebut ada Iblis yang dahulunya bernama ‘Azazil. Dahulunya dia merupakan ketua malaikat. Dia bersama rombongannya mengusir Jan dari bumi. Akibatnya mereka mengungsi ke gunung-gunung dan tinggal di sana dan Iblis merampas bumi dari mereka. Pada awalnya, si Iblis ini menyembah kepada Allah, baik di bumi maupun di langit. Akan tetapi, kemudian dia ujub dengan dirinya dan dia terasuki ketakaburan (merasa besar). Dalam keadaan demikian, Allah melihat apa yang ada di dalam hatinya, maka Zat Yang Mahaagung berfirman: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30). Kalimat "man yufsidu fiiha" pada penggalan kalimat diatas lebih tepat jika bukan diartikan sebagai " orang" tetapi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai "makhluk". Sehingga dari penggalan kisah yang diceritakan Ibnu Abbas r.a tadi, terungkap sudah Pernyataan para malaikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu (makhluk) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah…”, maksudnya seperti makhluk-makhluk yang diceritakan terdahulu, yaitu Jin dan Bin. Sebab, mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.

Wednesday, December 17, 2014

naruto bakalan ada versi live konsernya :D

narutO Gets a Live Stage Show Adaptation

announcements
posted by thedaydreamparade on 16 December, 2014 at 04:01 pm   ·   2 comments
NARUTO Gets a Live Stage Show Adaptation
The manga for NARUTO may have ended, but there's just plenty to expect for the fans! NARUTO will be made into a stage play filled with stunts and acrobatics! The play will open in Japan on the 21st of March at the AiiA Theater in Shibuya.
It was also announced that the stage play will be performed in overseas venues such as Macau, Malaysia and Singapore! However, dates for the oversea performances are yet to be announced.
Naruto will be played by Koudai Matsuoka, yet another talent from Amuse!
For more information and ticket details, check out the official website now! Also, follow them for updates on Twitter!

Tuesday, December 9, 2014

Mahabaratha BAB 6 Kutukan Mahaguru Sukra

Pada suatu sore setelah puas bermain di taman istana,
Dewayani dan putri-putri Wrishaparwa, raja para
raksasa, pergi mandi ke telaga di tepi hutan yang jernih
dan sejuk airnya. Sebelum menceburkan diri ke dalam air
yang segar, mereka menanggalkan pakaian dan menyim-
pan pakaian itu di tepi telaga. Tiba-tiba angin puting
beliung  berembus  kencang,  menerbangkan  pakaian
mereka dan membuatnya menjadi satu tumpukan. Setelah
mandi dan berpakaian, ternyata terjadi kekeliruan. Tanpa
sengaja Sarmishta, putri Wrishaparwa, mengenakan pakai-
an Dewayani. Melihat itu Dewayani berkata, “Alangkah
tidak pantasnya putri seorang murid mengenakan pakaian
milik putri gurunya.”
Walaupun kata-kata itu diucapkan dengan lembut,
Sarmishta merasa disindir dan tersinggung. Ia marah dan
dengan angkuh berkata, “Tidakkah engkau sadar bahwa
ayahmu setiap hari dengan hinanya berlutut menyembah
ayahku? Bukankah ayahmu menggantungkan hidupnya
pada belas kasihan ayahku? Lupakah kau bahwa aku ini
anak raja yang dengan murah hati memberikan tumpa-
ngan hidup bagimu dan bagi ayahmu? Hai, Dewayani,
sesungguhnya  kau  hanya  keturunan  peminta-minta!
Lancang benar kata-katamu kepadaku.”
Memang benar apa yang dikatakan Sarmishta. Sebagai
resi atau pandeta, Mahaguru Sukra berkasta brahmana.
Sesuai adat, ia hidup dari belas kasihan orang lain. Jika
P
memerlukan sarana hidup, seorang brahmana hanya boleh
meminta-minta. Meskipun demikian, sesungguhnya bagi
kasta brahmana hal itu dianggap perbuatan yang mulia.
Dewayani  tidak  menanggapi  kata-kata  Sarmishta.
Sebaliknya, Sarmishta yang terbakar oleh kata-katanya
sendiri, menjadi semakin marah. Tak dapat mengendalikan
diri, tangannya terayun, menampar pipi Dewayani. Ia
bahkan mendorong putri resi itu sampai jatuh ke parit
yang dalam. Sarmishta, yang mengira Dewayani sudah
mati, segera kembali ke istana.
Sementara itu, Dewayani merasa cemas dan sedih
karena tidak bisa keluar dari parit yang dalam itu.
Kebetulan, Maharaja Yayati, seorang keturunan Bharata,
sedang berburu di tepi hutan dan melewati tempat itu.
Karena haus, ia mencari air. Dilihatnya ada parit berair
jernih di dekat situ. Dia turun dari kudanya, mendekati
parit itu, lalu membungkuk hendak mengambil airnya.
Ketika itulah ia melihat sesuatu yang bercahaya di dasar
parit. Yayati memperhatikan dengan lebih saksama dan
terkejut melihat seorang putri jelita terpuruk di dalam
parit.
Lalu ia bertanya, “Siapakah engkau ini, hai putri jelita
dengan anting-anting berkilau dan kuku bercat merah
indah? Siapakah ayahmu? Keturunan siapakah engkau?
Bagaimana engkau bisa jatuh ke dalam parit ini?”
Dewayani  menjawab  sambil  mengulurkan  tangan
kanannya, “Namaku Dewayani. Aku putri Resi Sukra.
Tolonglah aku keluar dari dalam parit ini.”
Yayati menyambut tangan yang halus itu lalu menolong
Dewayani keluar.
Dewayani tidak ingin kembali ke ibukota kerajaan
raksasa. Ia merasa tinggal di sana sudah tidak aman lagi,
lebih-lebih jika ia ingat perbuatan Sarmishta. Karena itu,
ia berkata kepada Yayati, “Kau telah memegang tangan
kanan seorang putri, berarti engkau harus menikahinya.
Aku yakin, dalam segala hal kau pantas menjadi suamiku.”
Yayati menjawab, “Wahai putri jelita, aku seorang
kesatria dan engkau seorang brahmana. * Bagaimana aku
bisa mengawini engkau? Apa mungkin putri Resi Sukra
yang disegani di seluruh dunia menjadi istri seorang kesa-
tria seperti aku? Putri yang agung, kembalilah pulang.”
Setelah berkata demikian, Yayati kembali ke ibukota
kerajaannya.
Sepeninggal Yayati, Dewayani tetap bertekad untuk
tidak pulang ke istana. Ia memilih tinggal di hutan, di
bawah sebatang pohon.
Sementara itu, Resi Sukra sia-sia menunggu putrinya
pulang. Beberapa hari berlalu, tetapi Dewayani tak kun-
jung pulang. Akhirnya Resi Sukra menyuruh seseorang
mencari putri kesayangannya.
Utusan itu mencari ke mana-mana. Setelah menempuh
perjalanan cukup jauh, akhirnya dia menemukan Dewa-
yani yang duduk di bawah sebatang pohon di tepi hutan.
Putri itu tampak sangat sedih. Matanya merah karena
lama menangis. Wajahnya keruh karena marah. Utusan itu
lalu bertanya, apa yang telah terjadi.
Dewayani menjawab, “Kembalilah engkau dan sampai-
kan kepada ayahku bahwa aku tak sudi lagi menginjakkan
kakiku di ibukota kerajaan Wrishaparwa.”
Setelah mohon pamit, utusan itu kembali ke istana
untuk melaporkan hal itu kepada Resi Sukra.
Mendengar laporan utusannya, Resi Sukra sangat
sedih. Ia segera menemui anaknya dan menghiburnya
sambil berkata, “Anakku sayang, kebahagiaan dan keseng-
saraan seseorang merupakan akibat dari perbuatannya
sendiri. Kalau kita bijaksana, kebajikan atau kejahatan
orang lain tidak akan mempengaruhi kita.” Demikianlah
Resi Sukra mencoba menghibur anaknya.
* Menurut tradisi kuno yang disebut anuloma, perempuan dari kasta
kesatria boleh menikah dengan laki-laki dari kasta brahmana. Tetapi,
perempuan dari kasta brahmana tidak dibenarkan menikah dengan laki-
laki dari kasta kesatria. Tradisi kuno yang disebut pratilonia ini untuk
menjaga agar kaum wanita tidak direndahkan derajatnya ke status kasta
yang lebih rendah. Hal ini dinyatakan dalam kitab-kitab suci Sastra.
Tetapi Dewayani menjawab dengan sedih bercampur
dengki, “Ayahku, biarkanlah segala kebaikan dan keburu-
kanku bersama diriku karena semua itu urusanku sendiri.
Tetapi jawablah pertanyaanku ini. Kata Sarmishta, anak
Wrishaparwa, ayahku seorang ‘budak penyanyi’ yang kerja-
nya hanya menyanjung-nyanjung tuannya. Benarkah?
Katanya, aku ini anak seorang peminta-minta yang hidup
dari belas kasihan orang. Benarkah? Sarmishta sungguh
kasar. Tidak puas mengata-ngatai aku, ia menampar dan
mendorongku ke dalam parit. Aku bersumpah, aku takkan
sudi hidup di wilayah kekuasaan ayahnya.” Dewayani
menangis tersedu-sedu.
Dengan tenang dan penuh martabat, Mahaguru Sukra
berkata, “Wahai anakku Dewayani, engkau bukan anak
‘budak penyanyi’ raja. Ayahmu tidak hidup dengan
meminta-minta, mengemis belas kasihan orang. Engkau
putri seorang resi yang dihormati dan hidup dimanja di
seluruh dunia. Batara Indra, raja semua dewa, tahu akan
hal ini. Wrishaparwa tidak membutakan mata terhadap
hutang budinya kepada ayahmu. Tetapi, orang yang bijak-
sana tidak pernah mengagung-agungkan kebesarannya
sendiri.
“Sudahlah, Ayah tidak akan mengatakan apa-apa lagi
tentang jasa-jasa Ayah. Bangkitlah, wahai mutiara nan
kemilau. Kaulah yang paling jelita di antara semua wanita.
Engkau akan membawa kebahagiaan bagi keluargamu.
Bersabarlah dan marilah kita pulang.”
Tetapi Dewayani tetap berkeras tidak mau pulang.
Resi Sukra menasihatinya lagi, “Sungguh mulia orang
yang dengan sabar menerima caci maki. Orang yang dapat
menahan amarah ibarat kusir yang mampu menaklukkan
dan mengendalikan kuda liar. Orang yang dapat mem-
buang amarah jauh-jauh seperti ular yang mengelupas
kulitnya. Orang yang tidak gentar menerima siksaan akan
berhasil mencapai cita-citanya. Seperti disebutkan dalam
kitab-kitab suci, orang yang tidak pernah marah lebih
mulia daripada orang yang taat melakukan upacara
sembahyang selama seratus tahun. Pelayan, teman,
saudara, istri, anak-anak, kebajikan dan kebenaran akan
meninggalkan orang yang tak mampu mengendalikan
amarahnya. Orang yang bijaksana tidak akan memasuk-
kan kata-kata anak muda ke dalam hatinya.”
Mendengar  itu,  Dewayani  bersujud  menyembah
ayahnya, “Ayahanda, aku masih muda. Nasihat-nasihat
Ayahanda masih sulit kupahami. Tetapi, sungguh tidak
pantas bagiku untuk hidup bersama orang yang tidak
mengenal sopan santun. Orang yang bijaksana tidak akan
bersahabat dengan orang yang selalu menjelek-jelekkan
keluarganya. Orang jahat, walaupun kaya raya, sesung-
guhnya adalah hina dan tidak berkasta. Orang yang taat
beribadah tidak pantas bergaul dengan mereka. Hatiku
sangat marah karena keangkuhan anak Wrishaparwa.
Segores luka lambat laun akan sembuh, tetapi luka hati
karena kata-kata tajam akan meninggalkan goresan pedih
yang seumur hidup takkan hilang.”
Setelah gagal membujuk putrinya untuk pulang, Resi
Sukra kembali ke istana Wrishaparwa. Sampai di hadapan
Raja, dengan mata tajam ia memandangnya sambil ber-
kata, “Walaupun dosa seseorang tidak akan segera men-
dapat balasan, lambat laun dosa itu pasti akan menghan-
curkan sumber kekayaannya. Kacha, anak Wrihaspati dan
seorang brahmacharin, telah menaklukkan pancaindranya
dan tidak pernah berbuat dosa. Ia telah melayani aku
dengan penuh kepatuhan dan tidak pernah melanggar
sumpahnya. Para raksasa rakyatmu beberapa kali berusa-
ha membunuh dia, tetapi aku menghidupkannya lagi. Kini,
anakku yang memegang teguh susila dicaci-maki oleh
anakmu, Sarmishta. Ia bahkan mendorong anakku sampai
jatuh ke parit yang dalam. Ia tidak tahan lagi tinggal dalam
lingkungan kerajaanmu. Dan karena aku tidak bisa hidup
tanpa dia, aku akan pergi meninggalkan kerajaanmu.”
Mendengar itu, Wrishaparwa merasa terancam mala-
petaka. Ia berkata, “Aku tidak mengerti mengapa engkau
melontarkan tuduhan itu. Tetapi, kalau engkau pergi aku
akan terjun ke dalam api.”
Resi Sukra menjawab, “Yang kuinginkan hanyalah
kebahagiaan anakku. Aku tidak peduli nasibmu dan nasib
para raksasa rakyatmu. Dewayani anakku satu-satunya,
anak yang kukasihi melebihi hidupku sendiri. Engkau
kuijinkan mencoba menenangkan dia dan membujuknya
agar mau tetap tinggal di sini. Jika dia mau, aku tidak
akan pergi.”
Maka pergilah Wrishaparwa diiringkan beberapa penga-
wal. Mereka hendak menemui Dewayani di tepi hutan.
Sesampainya di depan gadis itu, Wrishaparwa menyembah
dan memohon agar Dewayani tidak meninggalkan keraja-
annya.
Tetapi Dewayani berkata acuh tak acuh, “Sarmishta,
yang mengata-ngatai aku anak pengemis harus menjadi
dayang-dayang di rumahku dan harus menjadi pengiring-
ku waktu aku dinikahkan oleh ayahku.”
Wrishaparwa menerima tuntutan itu dan memerin-
tahkan pengiringnya menjemput Sarmishta. Putri raja itu
mengakui kesalahannya, lalu menyembah sambil berkata,
“Baiklah aku akan menjadi dayang-dayang Dewayani
seperti yang dikehendakinya. Tidak seharusnya ayahku
kehilangan mahagurunya dan menerima balasan atas
kesalahanku.”
Dewayani menerima permintaan maaf Sarmishta. Mere-
ka berdamai dan semua kembali ke istana Wrishaparwa.
Pada suatu hari Dewayani bertemu dengan Yayati. Ia
mengulangi permintaannya dan berkata bahwa Yayati
harus mengawini dia karena pernah memegang tangan
kanannya erat-erat. Yayati menolak. Katanya, sebagai
kesatria ia tidak dibenarkan mengawini seorang wanita
berkasta brahmana. Memang kitab-kitab suci Sastra tidak
membenarkan hal itu, tetapi sekali perkawinan seperti itu
terjadi, tak ada yang boleh membatalkannya dan perka-
winan itu sah.
Akhirnya, setelah mendapat restu dari Resi Sukra,
Yayati bersedia menikahi Dewayani. Mereka hidup berba-
hagia bertahun-tahun lamanya. Sarmishta menepati janji-
nya. Ia setia melayani Dewayani sebagai dayang-dayang-
nya, sampai pada suatu malam diam-diam ia menemui
Yayati dan meminta pria itu mengawininya. Yayati tak
kuasa  menolaknya.  Diam-diam  Sarmishta  dijadikan
istrinya.
Ketika mengetahui hal itu, Dewayani marah sekali. Ia
mengadu kepada ayahnya. Resi Sukra berang, lalu mengu-
tuk Yayati menjadi orang tua ubanan sebelum waktunya
dan pria itu akan kehilangan masa mudanya.
Mengetahui dirinya dikutuk mertuanya yang sangat
sakti, Yayati takut sekali. Ia pergi menghadap Resi Sukra,
menyembah dan memohon ampun. Tetapi, Mahaguru
Sukra belum lupa akan penghinaan yang pernah diterima
anaknya.
Resi Sukra berkata, “Wahai, Tuanku Raja, engkau akan
kehilangan masa mudamu dan kemegahanmu. Kutuk-
pastu yang telah kulontarkan tak dapat dibatalkan. Tetapi,
engkau bisa minta tolong seseorang yang bersedia menu-
kar ketuaanmu dengan kemudaannya. Hal ini bisa terjadi.”
Demikianlah, sejak menerima kutukan mertuanya,
Yayati berubah menjadi lelaki tua renta yang kehilangan
keperkasaannya.

Sunday, December 7, 2014

ANISONG World Tour Lantis Festival 2015 Reveals Full Artiste Line Up for Singapore

ANISONG World Tour Lantis Festival 2015 Reveals Full Artiste Line Up for Singapore
Lantis Festival will set out for a world tour and bring famous anime tunes and seiyuus closer to you! The world tour was announced on the second day of the15th Anniversary Live Lantis Festival in Shiokaze Park Sun Plaza, Tokyo byHironobu Kageyama of JAM Project.
Singapore will be one of Lantis Festival's stop and the full artiste line up was revealed recently at AFA Singapore 2014! A total of 7 Lantis all-star artistes will be appearing at the live in March!
http://www.jpopasia.com/i1/news/3/17576-h600i81j5u.jpg
For more information on ticketing, check below for details:
ANISONG World Tour Lantis Festival in Singapore 2015
Date: 28 March, 2015 (Saturday)
Venue: The Star Theatre, The Star Performing Arts Centre
Concert starts: 6pm (doors open from 5pm)**
Prices: S$188 (CAT 1 VIP), S$148 (CAT 2 Premium), S$78 (CAT 3 Standard), S$48 (CAT 4 General) (*prices not inclusive of booking fees)
Tickets on open sale now at SISTIC (from 2pm~ )
Ticket available at SISTIC website, mobile and all authorized agents.
Lantis Festival Ticketing page | Official ANISONG World Tour Lantis Festival Singapore FB

Detective Conan 2015 Film Teaser Features Kaito Kid

Detective Conan 2015 Film Teaser Features Kaito Kid
The spotlight is on Kaito Kid as a 30 seconds teaser featured him as the main suspect in the upcoming Detective Conan Movie 'Gouka no Himawari' (The Hellfire Sunflowers).
In this new story plot, Detective Conan will be tracking down Kaito Kid, the main suspect for stealing a replica of Van Gogh's 'Sunflowers' painting during an auction. Hold your breath for the suspense as the mysteries surrounding the painting being revealed... 
The original staff and cast will return for this new film production, scheduled to be premiered in the Japan theaters on 18th April 2015.
Other than that, Detective Conan will be having its 20th anniversary 2-hour special airing on 26th December 2014, namely Detective Conan: The Disappearance of Conan Edogawa ~The Worst Two Days in History~. Catch the preview here! 
www.animenewsnetwork.com

Mahabaratha bab 5 ilmu Gaib Sanjawini

Pada jaman dahulu kala, sering terjadi pertempuran-
pertempuran panjang dan sengit antara para dewata
dengan para raksasa. Mereka berebut ingin menguasai
ketiga dunia. Para dewata dipimpin seorang resi bernama
Wrihaspati yang sangat terkenal karena pengetahuannya
yang mendalam tentang kitab-kitab Weda, sedangkan para
raksasa dipimpin Mahaguru Sukra yang arif bijaksana.
Wrihaspati dan Sukra sama-sama ahli perang yang
sangat termasyhur. Tetapi, Sukra memiliki keunggulan
yang sangat mengerikan, yaitu ilmu gaib Sanjiwini yang
dapat menghidupkan siapa saja yang sudah mati. Jadi,
setiap kali ada raksasa mati di medan pertempuran, Sukra
dapat menghidupkannya lagi. Begitu berkali-kali, sehingga
jumlah mereka tak pernah berkurang dan mereka dapat
melanjutkan perang melawan para dewata. Akibatnya, para
dewata selalu kalah melawan para raksasa.
Akhirnya, para dewata berunding, mencari akal untuk
mengalahkan para raksasa. Diputuskanlah untuk mene-
mui Kacha, putra Wrihaspati, dan meminta bantuannya.
Mereka berharap Kacha bisa menawan hati Sukra dan
membujuknya agar ia diijinkan menjadi murid mahaguru
itu. Dengan menjadi murid Sukra, para dewata berharap
Kacha bisa menguasai ilmu gaib Sanjiwini, dengan cara
mulia atau cara curang, sehingga para dewata bisa terhin-
dar dari kekalahan terus-menerus.
Kacha menyanggupi permintaan para dewata itu. Ia lalu
P
pergi menghadap Mahaguru Sukra yang tinggal di istana
Raja Wrishaparwa, raja para raksasa.
Sampai di hadapan mahaguru itu, Kacha memberi
salam hormat lalu berkata, “Hamba ini cucu Resi Angiras
dan anak Resi Wrihaspati. Hamba telah bersumpah men-
jadi seorang brahmacharin dan ingin menuntut ilmu di
bawah asuhan Yang Mulia Mahaguru.”
Sesuai adat, seorang guru yang bijaksana tidak boleh
menolak murid yang ingin berguru kepadanya. Maka
Mahaguru Sukra berkata, “Kacha, engkau adalah keturu-
nan keluarga baik-baik. Aku terima kau sebagai muridku.
Dan ingatlah, aku terima kau karena aku ingin menun-
jukkan hormatku kepada Resi Wrihaspati, ayahmu.”
Demikianlah, Kacha pun menjadi murid Mahaguru
Sukra. Semua tugas kewajiban yang diberikan oleh guru-
nya dikerjakannya dengan sungguh-sungguh. Salah satu
tugasnya adalah menghibur putri Mahaguru Sukra yang
bernama Dewayani. Mahaguru itu hanya memiliki seorang
anak. Tak heran, Dewayani menjadi tumpahan kasih
sayangnya. Semua keinginannya selalu dikabulkan.
Kacha diperintahkan menghibur Dewayani dengan
menyanyi, menari atau mengajaknya bermain. Lama
kelamaan, Kacha tertarik kepada putri itu. Tetapi, karena
ia telah bersumpah menjadi brahmacharin yang sepenuh-
nya mengabdikan diri untuk belajar ilmu agama di bawah
bimbingan seorang guru dan mengamalkan segala keba-
jikan hidup tanpa menikah, ia menahan diri dan berusaha
keras untuk tidak melanggar sumpahnya.
Sementara itu, para raksasa yang mengetahui bahwa
pemimpin mereka mengambil anak Wrihaspati sebagai
murid merasa cemas dan curiga. Jangan-jangan niat
Kacha tidak tulus berguru. Jangan-jangan sebenarnya
Kacha ingin mencari kesempatan untuk membujuk guru-
nya agar memberikan rahasia ilmu gaib Sanjiwini. Karena
itu, mereka berunding, mencari akal untuk membunuh
Kacha.
Pada suatu hari, seperti biasa Kacha menggembalakan
sapi-sapi gurunya ke padang rumput. Tiba-tiba datang
beberapa raksasa, mereka menyergapnya lalu membunuh-
nya. Mayat Kacha dicincang dan dibiarkan menjadi
makanan anjing.
Sore harinya, sapi-sapi itu pulang ke kandang tanpa
Kacha. Dewayani yang melihat hal itu merasa cemas. Ia
segera menemui ayahnya. Katanya sambil menangis
tersedu-sedu, “Matahari telah terbenam, dan pedupaan
untuk pemujaan malam Ayahanda telah dinyalakan, tetapi
Kacha belum pulang. Sapi-sapi gembalaannya sudah
pulang ke kandang. Ananda khawatir kalau-kalau sesuatu
yang buruk menimpa Kacha. Tolonglah dia, Ayah. Ananda
sangat mencintainya dan tak dapat hidup tanpa dia.”
Mendengar permohonan putri kesayangannya, Maha-
guru Sukra segera mengucapkan mantra. Dengan kesak -
tiannya, ia tahu Kacha sudah mati. Karena itu, untuk
menghidupkan kembali dan memanggil pemuda itu, ia
mengucapkan mantra gaib Sanjiwini. Seketika itu Kacha
hidup kembali dan berada di hadapan mereka dengan
wajah tersenyum. Dewayani bertanya, mengapa ia terlam-
bat pulang. Kacha bercerita, ia diserang dan dibunuh para
raksasa ketika sedang menggembalakan sapi. Tetapi,
bagaimana ia bisa hidup kembali dan berada di hadapan
mereka, ia tidak bisa menerangkannya.
Para raksasa kecewa melihat Kacha hidup kembali.
Mereka terus memata-matai pemuda itu, mencari kesem-
patan untuk membunuhnya.
Suatu hari, Kacha pergi ke hutan, mencari bunga yang
langka untuk Dewayani. Ketika sedang berada di dalam
hutan lebat, ia disergap para raksasa lalu dibunuh. Mayat-
nya dicincang, dibakar, lalu abunya dibuang ke laut.
Berhari-hari Dewayani menunggu, tetapi Kacha tak
pulang-pulang. Akhirnya putri itu menghadap ayahnya
dan mengadukan hal itu kepadanya. Sekali lagi, Resi
Sukra menggunakan ilmu gaib Sanjiwini dan memanggil
Kacha. Pemuda itu hidup kembali.
Para raksasa semakin geram. Ketika ada kesempatan,
untuk ketiga kalinya mereka membunuh Kacha. Dengan
cerdik mereka membakar mayatnya, lalu mencampurkan
abunya ke dalam minuman anggur yang mereka persem-
bahkan kepada Resi Sukra. Tanpa curiga, pemimpin
mereka meminum anggur itu. Sore harinya, sapi-sapi itu
pulang kandang tanpa gembalanya. Sekali lagi Dewayani
menghadap ayahnya, menangis dan memohon agar
ayahnya memanggil dan menghidupkan kembali Kacha.
Resi Sukra menghibur anaknya, “Walaupun Ayah sudah
dua kali menghidupkan Kacha, rupa-rupanya para raksasa
sudah bertekad membunuhnya. Wahai, Anakku, kematian
adalah hal biasa. Sungguh tidak pantas orang yang berjiwa
besar seperti engkau menangisi kematiannya. Nikmatilah
hidupmu yang dilimpahi berkah kegembiraan, kecantikan
dan kemurahan hati serta penuh damai di dunia.”
Dewayani tak merasa terhibur oleh kata-kata ayahnya.
Ia sangat mencintai Kacha. Demikianlah, sejak dunia
tercipta, nasihat resi yang paling bijaksana pun tak pernah
bisa menghilangkan duka hati seorang wanita yang kehi-
langan kekasihnya.
Dewayani berkata, “Kacha, cucu Angiras dan putra
Wrihaspati adalah pemuda yang tidak berdosa. Ia telah
menyerahkan diri untuk melayani kita. Aku mencintainya
sedalam lubuk hatiku. Tetapi sekarang ia mati dibunuh.
Hidupku menjadi hampa dan tanpa cinta. Karena itu,
wahai Ayahanda, aku akan mengikutinya.” Setelah berkata
demikian, Dewayani berpuasa, tidak makan dan tidak
minum.
Resi Sukra tak tega melihat putri kesayangannya ber-
duka. Ia marah kepada para raksasa yang telah mem-
bunuh Kacha. Pembunuhan terhadap brahmana adalah
dosa terkutuk. Mereka pasti akan mendapat balasan yang
setimpal.
Sekali lagi Resi Sukra mempergunakan ilmu gaib Sanji-
wini untuk menghidupkan Kacha. Sekali lagi Kacha hidup
kembali dari anggur yang sudah masuk ke lambung sang
Mahaguru. Tetapi ia tidak bisa keluar karena berada di
tempat yang sangat aneh. Ia hanya dapat menjawab
dengan menyebutkan namanya dan mengatakan tempat ia
berada.
Mendengar itu, Resi Sukra berkata dengan berang, “Hai,
Brahmacharin, bagaimana engkau bisa masuk ke dalam
tubuhku? Apakah karena perbuatan para raksasa? Sung-
guh keterlaluan. Ingin rasanya aku membunuh semua rak-
sasa dan menyatukan diriku dengan para dewata. Tetapi,
sebelum  itu  kulakukan,  ceritakan  dulu  semuanya
kepadaku.”
Dengan susah payah, dari dalam lambung Resi Sukra,
Kacha menceritakan apa yang dialaminya.
Resi mahasakti itu menyahut, “Kini aku, Resi Sukra
yang suci, luhur budi, dan termasyhur, menjadi geram
karena ditipu dengan persembahan minuman anggur.
Karena itu, demi kebajikan dan peri kemanusiaan,
kuperingatkan bahwa kesucian dan keluhuran budi akan
meninggalkan siapa pun yang meminum anggur dengan
tidak bijaksana. Orang yang demikian akan terkutuk.
Demikian pesanku dan hal ini akan dinyatakan dalam
kitab-kitab  suci  sebagai  larangan  yang  tak  boleh
dilanggar.”
Setelah berkata demikian, Resi Sukra memandang
Dewayani sambil berkata, “Anakku sayang, sekarang
engkau harus memilih. Kalau kau ingin Kacha hidup
kembali, ia harus keluar dari dalam tubuhku dan itu
berarti kematian bagiku. Ia hanya bisa hidup di atas
kematianku.”
Dewayani menangis tersedu-sedu sambil berkata, “Oh
Dewata, sungguh pilihan yang tak mungkin kupilih. Aku
sangat menyayangi Ayahanda dan Kacha. Jika salah satu
dari kalian mati, aku akan mati. Aku tak sanggup hidup
tanpa kalian berdua.”
Sambil mencari jalan untuk menyelesaikan masalah
berat itu, Resi Sukra berkata kepada Kacha, “Wahai putra
Wrihaspati, sekarang aku tahu apa sesungguhnya niatmu
datang berguru kepadaku. Kau akan memperoleh apa yang
kauinginkan. Aku akan menghidupkan kau kembali demi
Dewayani dan demi dia pula aku tidak boleh mati. Satu-
satunya jalan adalah mengajarkan ilmu gaib Sanjiwini
kepadamu. Dengan menguasainya, kau akan bisa menghi-
dupkan aku kembali meskipun tubuhku hancur setelah
mengeluarkan engkau. Berjanjilah untuk menggunakan
ilmu gaib Sanjiwini yang akan kuajarkan kepadamu untuk
menghidupkan aku kembali, agar Dewayani tidak berduka
atas kematian salah satu dari kita.”
Dari dalam lambung gurunya, Kacha mengucapkan
janjinya.
Demikianlah, Mahaguru Sukra memberikan rahasia
ilmu gaib Sanjiwini kepada Kacha. Seketika itu juga Kacha
keluar dari dalam tubuh gurunya, sementara sang Resi
langsung rubuh, wafat dengan tubuh hancur berkeping-
keping. Kacha memenuhi janjinya. Ia segera sujud di
depan jenazah gurunya dan mempergunakan ilmu gaib
Sanjiwini. Katanya, “Guru yang ikhlas membagi ilmu
kepada muridnya ibarat seorang ayah yang mengasihi
putranya. Karena aku keluar dari tubuhmu, maka aku
adalah anakmu juga.”
Beberapa tahun lamanya Kacha meneruskan hidupnya
sebagai murid Resi Sukra, sampai tiba waktunya untuk
kembali ke dunia para dewata. Ketika saat itu tiba, ia
mohon diri kepada gurunya. Sang Resi merestuinya dan
mengijinkannya pergi. Kemudian Kacha minta diri kepada
Dewayani.
Putri jelita ini dengan hormat berkata, “Wahai cucu
Angiras, kau telah menawan hatiku dengan kesucian hati,
hidupmu yang tidak bercacat, kemajuanmu dalam menun-
tut ilmu, dan asal-usulmu yang agung. Sejak lama aku
mencintaimu dengan sepenuh hati, walaupun engkau tetap
teguh menjalankan sumpahmu sebagai brahmacharin.
Tetapi, sudah selayaknya sekarang engkau menerima
cintaku dan sudi membuatku bahagia dengan menika-
hiku.”
Kacha menjawab, “Oh, Dewayani yang suci, engkau
adalah putri mahaguruku yang selalu kusegani. Aku hidup
kembali setelah keluar dari tubuh ayahmu. Karena itu, aku
kini menjadi saudaramu seayah. Sungguh tidak pantas
jika engkau memintaku agar sudi mengawinimu.”
Dewayani berkata, “Engkau anak Wrihaspati yang patut
kuhormati dan bukan anak ayahku. Aku yang menyebab-
kan kau bisa hidup kembali, karena aku mencintaimu dan
mengharapkan engkau menjadi suamiku. Tidak pantas
engkau meninggalkan aku yang tidak berdosa ini tanpa
memberiku kesempatan untuk mengabdi kepadamu.”
Kacha  menjawab,  “Jangan mencoba membujukku
untuk melakukan hal yang tidak benar. Engkau sungguh
jelita, dan semakin jelita dalam keadaan marah seperti
sekarang, tetapi aku adalah saudaramu. Abdikanlah
hidupmu untuk kebajikan dalam bimbingan ayahmu,
Mahaguru Sukra. Jalani hidupmu seperti dahulu. Berdoa-
lah dan relakan aku pergi.” Setelah berkata demikian,
dengan lembut Kacha melepaskan diri dari pegangan
Dewayani dan kembali ke dunia para dewata.
Sepeninggal Kacha, Dewayani selalu sedih dan murung.
Tak ada yang bisa menghiburnya, tidak juga Mahaguru
Sukra, ayahnya.

Saturday, December 6, 2014

YGOPRO 1.033.2 V3 Synchron Extreme



A new version of Ygopro for Windows has been released. 

Download

http://www.ygopro.co/Download.aspx

Changes in this version

  • Geargia Rampage Structure Deck TCG
  • Legendary Collection 5D's
  • The New Challengers TCG
  • Secrets of Eternity
  • Noble Knights of the Round Table Box Set TCG
  • Special Summon Evolution
  • Structure Deck: Synchron Extreme
  • Dark Burning Magic (prerelease)
  • Anime expansion cards (untested!)
with this app you may play yu-gi-oh online or offline with many fiture

Resmi Dibuka, Roemah Martha Tilaar Jadi Ikon Terbaru Kota Gombong, Kebumen

img
Foto: Rahmi/Wolipop
Jakarta - Martha Tilaar Group menjadi salah satu perusahaan kosmetik terbesar asli Indonesia. Membawahi 10 brand kecantikan, di antaranya PAC, Sariayu, Dewi Sri Spa, Biokos, serta Caring, produk Martha Tilaar telah lama ada di masyarakat serta cukup mudah ditemui. Kesuksesan ini, tentu saja tak lepas dari peran sang pendiri, DR. Martha Tilaar. Martha yang kini telah menginjak usia 78 tahun itu bahkan pernah mendapat penghargaan Outstanding Award for Contributions dari PBB dalam UN Global Compact Leaders Summit 2010 lalu atas karirnya di bisnis kosmetik.

‎Sukses membangun bisnis berskala internasional ternyata tak membuat Martha melupakan tanah kelahirannya, Gombong. Demi mengembangkan kekayaan kota serta menginspirasi masyarakat sekitar, ia mendirikan Roemah Martha Tilaar. Rumah tersebut rencananya akan dijadikan pusat studi, kebudayaan serta pemberdayaan wanita. Bersama dengan Wulan Tilaar, sang anak yang mengetuai Yayasan Warisan Budaya Gombong, Martha berharap Roemah Tilaar bisa menjadi salah satu ikon kota Gombong. 

"‎Dalam usia saya yang menjelang 78 tahun, saya terpanggil untuk pulang kembali ke Gombong dan berbagi dengan masyarakat di rumah masa kecil saya yang direnovasi. Saya bersyukur Wulan bersedia mewujudkannya untuk saya," ungkap Martha Tilaar saat peresmian Roemah Martha Tilaar, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu, (6/12/3014).

Roemah Martha Tilaar memang bertempat di rumah masa kecil Martha sendiri. ‎Rumah yang terletak di Jalan Sempor Lama 28 itu dibeli kembali dua tahun lalu kemudian direnovasi. Rumah tersebut pun tidak terlalu berubah dari segi arsitektur namun hanya diperbaiki dan diberi sedikit penambahan bangunan. Tempat tinggal Martha selama 10 tahun tersebut dianggap bersejarah karena membangun kepribadian serta jiwa berbisnis ibu anak empat itu. 

Wulan Tilaar yang ditunjuk untuk memimpin Yayasan Warisan Budaya Gombong telah menyiapkan dua aktivitas utama yang akan diwadahi Roemah Martha Tilaar. Yakni festival tahunan serta program tahunan. Festival tahunan perdana akan diadakan pada Minggu ini (7/12/2014). Acara yang diselenggarakan selama tiga hari tersebut akan diisi oleh pagelaran seni, workshop, serta diskusi. Sementara program tahunan akan menjadikan Roemah Martha Tilaar sebagai fasilitator, mediator, serta pendanaan acara-acara terkait. 

"Rumah ini bukan hanya bersejarah tapi merupakan bakti kami kepada Gombong, Kebumen dan kota sekitar. Dengan dukungan pemangku kepentingan kota Gombong, semoga rumah ini bisa berguna, siapa tahu akan lahir bibit muda bangsa asal Gombong," tambah Martha. 

Selain untuk memajukan masyarakat kota sekitar, Roemah Martha Tilaar juga diharapkan bisa mendongkrak pariwisata Kabupaten Kebumen. Kebumen dinilai memiliki berbagai potensi kecantikan alam serta situs. Misalnya saja Waduk Sempor, Pantai Ayah, Benteng Van der Wijck, Kampung Batik, dan lain-lain. 

Maka dari itu, pendirian Roemah Martha Tilaar ini disambut baik oleh Bupati Kebumen Buyar Winarso. Ia pun mendukung program-program yayasan serta berharap Roemah Tilaar bisa menggiatkan kebudayaan dan pariwisata Gombong. "Pelaku seni Gombong sudah diwadahi. Insya Allah Roemah Martha Tilaar bisa mengembangkan karya mereka dan membangun Gombong dalam aspek-aspek lain," ujar Buyar yang juga hadir dalam peresmian Roemah Martha Tilaar tersebut.

Mahabaratha bab 4 Amba, Ambika dan Ambalika

Chitranggada, putra Satyawati, tewas dalam pertempu-
ran melawan gandarwa. Karena ia tewas dalam pepe-
rangan tanpa memiliki anak, maka Wichitrawirya, adiknya,
dinobatkan menjadi raja menggantikannya. Tetapi, karena
waktu naik takhta dia belum dewasa, tampuk pemerin-
tahan untuk sementara dipegang oleh kakaknya dari lain
ibu, yaitu Dewabrata alias Bhisma, sampai dia dewasa.
Ketika Wichitrawirya telah cukup dewasa untuk meni-
kah, Bhisma mencarikan calon istri yang pantas bagi
adiknya itu. Ia mendengar bahwa tiga putri Raja Kasi akan
memilih calon suami menurut adat-istiadat kaum bang-
sawan, yaitu dengan mengadakan sayembara. Bhisma me-
mutuskan mengikuti sayembara itu agar bisa memboyong
putri-putri Raja Kasi untuk adiknya.
Pada hari sayembara, di alun-alun Kerajaan Kasi ber-
kumpul putra-putra mahkota dari Kerajaan Kosala,
Wangsa, Pundra, Kalingga dan lain-lain. Mereka semua
berminat mempersunting putri-putri Raja Kasi yang sangat
terkenal kecantikan dan keanggunannya. Karena ada tiga
putri yang diperebutkan, sayembara itu diselenggarakan
secara besar-besaran. Meskipun datang dengan semangat
tinggi, banyak juga putra mahkota yang merasa cemas,
takut menanggung malu jika gagal memenangkan sayem-
bara; lebih-lebih ketika melihat Bhisma hadir di antara
mereka.
Bhisma terkenal sakti dan mahir menggunakan segala
C
macam senjata perang. Kecuali itu, karena kesetiaan dan
keteguhan hatinya, semua orang segan padanya.
Semula para putra mahkota menyangka Bhisma datang
hanya untuk menyaksikan jalannya sayembara karena
pangeran itu telah bersumpah takkan pernah menikah.
Tetapi, ketika mengetahui bahwa Bhisma mengikuti
sayembara, sangatlah kecut hati mereka.
Tak ada yang menyangka bahwa Bhisma datang untuk
maksud yang sama. Dan tak seorang pun tahu bahwa ia
datang demi saudaranya yang lebih muda, Wichitrawirya.
Para putra mahkota itu berbisik-bisik, membicarakan
Bhisma. Seseorang berkata, “Dia memang keturunan
Bharata yang sakti dan bijaksana. Sayang sekali, ia lupa
diri. Tak sadar bahwa sudah tua dan lupa akan sum-
pahnya untuk hidup sebagai brahmacarin yang seumur
hidup tidak akan kawin. Untuk apa dia ikut sayembara
ini? Dasar pangeran tak tahu malu!”
Putri-putri Kasi yang hendak memilih calon suami
mereka sama sekali tak menghiraukan kehadiran Bhisma.
Mereka menganggapnya pemuda tua yang tidak menarik.
Mereka berbisik-bisik mengolok-olok jagoan tua itu sambil
membuang muka, tak mau memandangnya.
Bhisma, yang merasa diejek dan dipermainkan, menjadi
berang. Ditantangnya semua putra mahkota untuk berpe-
rang-tanding dengannya. Tak ada yang berani menolak
meskipun sadar semua takkan mampu mengalahkan
kesatria tua itu. Tak ada yang mau dipermalukan di depan
putri-putri jelita idaman mereka.
Satu per satu mereka berperang-tanding melawan
Bhisma. Semua kalah. Segera setelah mengalahkan semua
putra mahkota, Bhisma menyambar ketiga putri jelita itu
dan melarikan mereka dengan keretanya yang termasyhur.
Begitu kencang laju kereta itu hingga seakan-akan mereka
terbang meninggalkan gelanggang sayembara, menuju
Hastinapura. Belum lagi jauh dari arena sayembara Kera-
jaan Kasi, mereka dihadang Raja Salwa dari Kerajaan
Saubala. Raja itu menantang Bhisma untuk bertarung.
Sebenarnya, Raja Salwa sudah menjalin kasih dengan
Amba dan Amba yang jelita telah memilih Salwa sebagai
calon suaminya. Setelah perkelahian sengit, Salwa takluk.
Menyerah. Bhisma mengangkat senjata, hendak membu-
nuh, tetapi dicegah oleh Amba. Karena permintaan putri
itu, Bhisma urung membunuh Salwa.
Setibanya di Hastinapura, Bhisma segera mempersiap-
kan pernikahan Wichitrawirya. Ketika tamu-tamu mulai
berdatangan, Amba berkata kepada Bhisma dengan nada
mencemooh, “Wahai putra Dewi Gangga yang masyhur,
Tuan pasti tahu yang terkandung dalam kitab-kitab suci
yang kita hormati dan muliakan. Seharusnya Tuan juga
tahu bahwa aku telah memilih Salwa, Raja Kerajaan
Saubala, untuk menjadi suamiku. Tuan memaksa diriku
menerima pernikahan ini. Bila Tuan mengerti akan hal ini,
bertindaklah sesuai dengan ajaran kitab suci.”
Sementara pernikahan Ambika dan Ambalika, adik-adik
Amba, dengan Wichitrawirya berlangsung dengan baik dan
penuh kebesaran, Bhisma mengantarkan Amba kepada
Raja Salwa.
Hal itu dilakukan Bhisma karena memahami maksud
putri itu dan demi menaati apa yang tertulis dalam kitab
suci. Diiringkan sejumlah pengawal kehormatan yang
pantas, diantarkannya Amba ke istana Kerajaan Saubala.
Sampai di sana, Bhisma menghadap Raja Salwa dan
menyerahkan Amba kepadanya. Segera sesudah itu,
pangeran tua itu kembali ke Hastinapura.
Dengan perasaan gembira dan mesra, Amba mencerita-
kan semua yang telah terjadi kepada Raja Salwa. Setelah
itu ia berkata, “Sejak semula hamba telah tetapkan hati
untuk mengabdikan diri, lahir dan batin kepada Tuanku.
Pangeran Bhisma menerima penolakan hamba dan meng-
antarkan hamba ke hadapan Tuanku. Jadikanlah hamba
permaisuri Tuanku menurut ajaran kitab-kitab suci
sastra.”
Maharaja Salwa menjawab, “Bhisma telah menaklukkan
aku dan telah melarikan engkau di depan umum. Aku
merasa sangat terhina. Karena itu, aku tidak bisa mene-
rima engkau menjadi istriku. Sebaiknya engkau kembali
kepada Bhisma dan lakukan apa yang ia perintahkan.”
Setelah berkata demikian, Raja memanggil beberapa
pengawal dan memerintahkan mereka untuk mengawal
Amba kembali kepada Bhisma.
Sampai di Hastinapura, Amba menceritakan apa yang
telah terjadi kepada Bhisma. Pangeran tua itu kemudian
membujuk adiknya agar mau menikahi Amba. Tetapi,
Wichitrawirya tegas-tegas menolak, karena putri itu telah
memberikan hatinya kepada orang lain.
Penolakan Wichitrawirya merupakan beban berat bagi
Bhisma, karena dia sendiri telah bersumpah tidak akan
pernah menikah. Tak mungkin dia melanggar sumpahnya
sendiri. Lebih-lebih karena ia keturunan bangsawan yang
terhormat. Ia iba kepada Amba, tetapi tak kuasa berbuat
apa-apa. Beberapa kali dicobanya membujuk Wichitra-
wirya, tetapi adiknya itu tetap pada pendiriannya. Tak ada
jalan lain. Ia terpaksa menasihati Amba agar kembali lagi
kepada Salwa.
Hal itu sungguh sangat berat bagi Amba. Karena tak
berani kembali ke Kerajaan Saubala, selama beberapa
waktu Amba terpaksa bersembunyi di Hastinapura. Akhir-
nya dengan perasaan berat, Amba mencoba kembali kepa-
da Raja Salwa.
Sekali lagi, dengan suara yang keras dan tegas, Raja
Salwa menolak Amba.
Demikianlah, Amba yang jelita kemudian terpaksa mele-
watkan hari-harinya dalam kemurungan. Hampir enam
tahun lamanya ia hidup tanpa cinta, penuh duka, dan
tanpa harapan. Parasnya yang segar dan jelita menjadi
layu dan kisut. Hatinya yang menderita berubah, berisi
kepahitan dan kebencian kepada Bhisma — yang menurut-
nya telah menghancurkan hidupnya. Sia-sia ia berusaha
mencari seorang kesatria tangguh untuk bertarung mela-
wan Bhisma dan kalau bisa ... sekaligus membunuh pa-
ngeran tua itu. Tak seorang kesatria pun berani bertarung
dengan Bhisma yang termasyhur sakti dan perkasa.
Akhirnya, Amba pergi ke hutan dan bertapa dengan
sangat tekun. Ia memohon kepada Dewa Subrahmanya
agar membantunya menghancurkan Bhisma. Dewa itu
menghadiahkan seuntai kalung bunga teratai segar yang
sudah diberi restu-pastu. Orang yang berkalung bunga
teratai segar itu akan menjadi sakti dan dengan kesak-
tiannya ia akan mampu mengalahkan Bhisma.
Amba menerima kalung bunga teratai itu. Kemudian
sekali lagi ia mencari seorang kesatria yang mau memakai
kalung bunga hadiah Dewa Subrahmanya, dewa sakti
berwajah enam. Sayang sekali, tak seorang kesatria pun
mau menerimanya. Tak seorang kesatria pun berani mela-
wan Bhisma yang termasyhur kesaktiannya. Kemudian
Amba menghadap Raja Drupada. Raja ini juga menolak-
nya. Akhirnya, Amba meninggalkan kalung bunga itu di
pintu gerbang istana Raja Drupada lalu pergi mengembara
ke dalam hutan.
Kepada beberapa pertapa yang ditemuinya di hutan,
Amba menceritakan pengalamannya yang menyedihkan
itu. Mereka menasihatinya agar menghadap Parasurama.
Amba menuruti nasihat mereka, ia pergi menghadap
Parasurama.
Mendengar cerita Amba, Parasurama merasa kasihan.
Ia berkata, “Wahai anakku yang jelita, apa yang kau-
kehendaki sekarang? Aku dapat meminta Salwa untuk
mengawinimu jika engkau mau.”
Amba menjawab dengan hati teguh, “Tidak, saya tidak
menginginkan itu lagi. Saya tak punya hasrat lagi untuk
menikah atau mencari kebahagiaan. Satu-satunya yang
saya inginkan dalam hidup ini adalah membalas dendam
kepada Bhisma. Saya bersumpah, yang saya inginkan tak
lain hanyalah kematian Bhisma.”
Parasurama mendengarkan kata-kata Amba dengan
penuh perhatian. Ia sendiri amat membenci golongan kesa-
tria. Karena itu, ia memutuskan untuk menolong Amba
dan bertarung melawan Bhisma. Pertempuran mereka
sangat hebat dan berlangsung lama. Dua-duanya setara
kesaktian dan kemahirannya dalam olah senjata. Tetapi,
akhirnya  Parasurama  harus  mengakui  keunggulan
Bhisma.
Setelah dikalahkan Bhisma, ia menemui Amba dan
berkata, “Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk
menaklukkan dan menghancurkan Bhisma, tetapi aku
kalah. Satu-satunya jalan bagimu adalah kembali kepada-
nya dan menyerahkan nasibmu kepadanya. Hanya itu
yang dapat kaulakukan.”
Dengan membawa duka, sakit hati, dendam, dan
kebencian, akhirnya Amba pergi ke kaki Gunung Himalaya
untuk bertapa. Dengan khusyuk ia bertapa dan terus-
menerus melakukan penyucian diri agar dapat menerima
karunia Batara Shiwa karena di dunia tak ada lagi
manusia yang bisa menolongnya.
Setelah lama bertapa dengan sangat khusyuk, Batara
Shiwa muncul di hadapannya dan memberinya restu:
‘dalam inkarnasinya yang akan datang, Amba dapat
membunuh Bhisma’.
Amba tidak sabar menunggu hingga masa inkarnasinya
yang akan datang. Karena itu, ia membuat api unggun
besar dan melakukan satya, mengorbankan diri dengan
terjun ke dalam api yang berkobar-kobar. Dengan satya,
badannya akan hangus terbakar.
Atas pertolongan Batara Shiwa, Amba berinkarnasi,
terlahir kembali sebagai putri Raja Drupada. Ajaib!
Beberapa tahun kemudian ia menemukan kalung bunga
teratai yang dahulu ia gantungkan di pintu gerbang istana
Raja Drupada. Kalung bunga itu masih elok dan segar,
seakan-akan tak pernah disentuh orang. Maka dikalung-
kanlah untaian bunga itu di lehernya. Melihat perbuatan-
nya yang gegabah itu, Raja Drupada menjadi cemas karena
ingat bagaimana dahulu Amba mengalungkan untaian
bunga itu di situ sebelum meninggalkan istana Hastina-
pura dengan hati penuh dendam. Putri yang mendendam
itu kemudian bertapa di hutan yang lengang dan sunyi.
Begitulah, putri Raja Drupada mengambil untaian
bunga itu dan mengalungkannya di lehernya. Ajaib! Lama
kelamaan, kelamin putri Raja Drupada itu berubah. Ia
menjadi seorang laki-laki dan kemudian termasyhur
dengan nama Srikandi, artinya “pahlawan perang.”
Kelak dalam perang besar Bharatayuda, Srikandi
bertempur di depan kereta Arjuna melawan Bhisma. Dalam
perang di padang Kurukshetra itu, Bhisma tahu benar
bahwa Amba telah lahir kembali dalam wujud Srikandi,
yakni perempuan yang berubah menjadi laki-laki dan
karena penampilannya yang tetap seperti wanita, menurut
tata krama, aturan perang dan sumpahnya sendiri, dalam
keadaan apa pun Bhisma tidak boleh melawannya. Dalam
keadaan apa pun Bhisma tidak akan bertempur melawan
Srikandi yang termasyhur dan gagah berani.

Friday, December 5, 2014

Metoda Ilmiah

.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ( Sains)
     Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam, telah mengubah sejarah peradaban manusia sehingga lebih modern.
1.      Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu
Berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh manusia secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu;
1)      Ilmu Alam (Nature science)
2)      Ilmu Sosial (Social science)
3)      Ilmu Budaya (Humanitas)
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia. Manusia memiliki rasa ingin tahu mengenai benda-benda dan gejala-gejala alam di sekitarnya, dan dirinya sendiri. Dari rasa ingin tahu tersebut, manusia selalu menggunakan akal pikirannya untuk mencari tahu serta mempelajari gejala-gejala alam agar dapat bermanfaat dalam kehidupannya. Jadi,ilmu pengetahuan alam (sains) adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam secara apa adanya.
2.      Ciri Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Konkret; Ilmu pengetahuan alam memiliki objek kajian berupa benda-benda atau gejala-gejala alam yang nyata dan dapat ditangkap oleh indera
b.      Logis; Ilmu pengetahuan alam dikembangkan berdasarkan cara berpikir logis. Cara berpikir logis adalah cara berpikir yang menggunakan logika dan ajek. Kesimpulan yang diambil berdasarkan logika-logika tertentu, baik secara induktif ataupun secara deduktif
c.       Objektif; Hasil dari ilmu pengetahuan alam merupakan suatu produk yang terhindar dari maksud-maksud tertentu pelaku (subjektif), baik itu berupa kepentingan seseorang maupun golongan. Hasil dari kajian ilmu pengetahuan alam harus bsesuai dengan fakta dan buktu kebenaran ilmiah secara apa adanya tampa ditambahi ataupun ditutupi dengan mitos dan perasaan
d.      Empiris; Ilmu pengetahuan alam atau sains dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris, yaitu pengalaman konkret yang dapat dirasakan semua orang dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
e.       Sistematis; Hasil kajian ilmu pengetahuan alam, baik hasil penelitian ataupun kajian ilmiah, didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan berurutan. Urutan berupa langkah-langkah metode ilmiah sehingga ketika orang lain ingin melakukan hal yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama pula.
f.       Teori-teorinya berlaku umum; Begitu banyak teori-teori sains  yang lahir dari ilmuwan yang menkaji  gejala-gejala alam. Teori-teori itu berlaku umum dan dapat diketahui orang lain tanpa batas. Ketika seorang ilmuwan mengeluarkan teori tertentu, orang lain dapat mengkoreksi atau mengkaji ulang kesesuaian teori tersebut. Bahkan ilmuwan lain yang tidak sependapat dapat mengeluarkan teori baru yang melengkapi atau membantah teori yang tidak sesuai tersebut.

B.     Keterampilan Proses Sains
Para ilmuwan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan observasi
Observasi adalah keterampilan dalam mengamati objek atau fenomena melalui panca indera, yaitu melihat, menyentuh, mengecap, mendengar, dan membaui. Observasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu , seperti penggaris, mikroskop, termometer, lup, dan neraca. Hasil observasi dapat ditampilkan dalam bentuk gambar,  bagan, tabel grafik, deskripsi atau penjelasan
2.      Menafsirkan
Menafsirkan merupakan sesuatu kemampuan dalam memberi arti atau menginterprestasikan suatu gejala-gejala atau kejadian berdasarkan kejadian lainnya.  Dalam memberikan penafsiran hendaknya memiliki acuan atau patokan. Acuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan pola yang sudah terjadi.
3.      Memprediksi
Memprediksi berarti memperkirakan suatu kejadian dimasa yang akan datang berdasarkan pola yang pernah terjadi sebelumnya pada kondisi yang sama.
4.      Mengindentifikasi variabel
Variabel adalah sesuatu yang menjadi fokus atau pusat perhatian, yang memberikan pengaruh dan memiliki nilai sehingga dapat berubah. Variabel dapat disebut juga peubah. Variabel merupakan objek penelitian yang dapat menentukan hasil penelitian.
Ada beberapa macam variabel, yaitu:
a.       Variabel manipulasi/bebas, yaitu variabel yang sengaja dapat diubah dan dimanipulasi oleh peneliti. Variabel manipulasi sengaja dibuat bervariasi oleh peneliti
b.      Variabel respon/terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel manipulasi. Ketika variabel manipulasi berubah, variabel responpun ikut berubah
c.       Variabel kontrol/pengendali, yaitu variabel yang berada diluar variabel manipulasi dan variabel respon. Variabel dibuat sama dan terkendali agar tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.
5.      Mengkomunikasikan hasil
Ketika seseorang mengkomunikasikan hasil kajian maupun penelitian sains, ia harus menyampaikan dengan jelas, tepat, tampa menimbulkan ambigu. Mengkomunikasikan hasil dapat melalui lisan maupun tulisan. Melalui lisan misalnya dalam presentasi, diskusi, atau seminar ilmiah. Melalui tulisan misalnya dalam bentuk makalah, laporan penelitian, atau jurnal.

C.    Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan dalam rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang karena para ilmuwan tak berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi.
Penelitian dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:

1.      Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat indera tanpa mengacu pada satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari penelitian kuaklitatif berupa deskripsi atau penjelasan mengenai suatu keadaan atau kejadian
2.      Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat ukur dan mengacu pada satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari penelitian kuantitatif berupa angka atau jumlah.
Untuk mendapatkan hasil penelitian, diperlukan langkah-langkah metode ilmiah sebagai berikut:
1.      Menyusun rumusan masalah
Ketika seseorang inginmeneliti atau mencari jawaban, terlebih dahulu ia akan menemukanmasalah. Masalah tersebut dapat ditemukan dari lingkungan sekitar, baik maklik hidup maupun benda mati. Setelah menemukan masalah, masalah tersebut kemudian dirumuskan. Dalam merumuskan masalah hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih. Hubungan itu dapat berupa pengaruh, perbedaan, atau perbandingan antar variabel, baik variabel manipulasi, variabel respon, ataupun variabel kontrol.
b.      Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat di uji dan dapat dipecahkan
c.       Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padatdan jelas. Pertanyaan dibuat dengan diawali oleh kata tanya dan diakhiri dengan tanda tanya.
2.      Menyusun kerangka teori
Setelah menemukan dan merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan, yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai modal dalam menyusun dugaan sementara terhadap permasalahan yang terjadi. Keterangan-keterangan atau informasi tersebut dapat diambil dari buku-buku berupa teori dari variabel-variabel yang menjadi permasalahan, internet, atau dari jurnal penelitian. Dari keterangan-keterangan dan infornasi tersebut diperoleh penjelasan sementara terhadap permasalahan yang terjadi.

3.      Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara, hipotesis masih perlu dicari kebenarannya. Dalam merumuskan hipotesis hendaknya harus diperhatikan hal-hal berikut.
·         Ditulis dalam pernyataan
·         Sederhana dan jelas, mengandung variabel-variabel yang menjadi perhatian
·         Berdasarkan keterangan-keterangan atau informasi yang dikaji baik dari sumber bacaan ataupun fakta.
Ada dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol, merupakan jawaban sementara yang menyatakan tidak ada pengaruh antarvariabel, dan hipotesis alternatif, merupakan jawaban sementara yang menyatakan ada hubungan antarvariabel.
4.      Melakukan eksperimen
Setelah merumuskan hipotesis, maka tahap berikutnya adalah membuktikan mkebenaran hipotesis tersebut. Untuk membuktikan diperlukan eksperimen.

5.      Mengolah dan menganalis data
Data yang diambil pada saat penelitian harus diolah dan dianalisis. Data dibuat sederhana untuk melihat keterkaitan antarvariabel. Data dikelompokan sesuai desuai dengan sifat dan jenisnya. Data dapat diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Setelah itu dianalisis dan dibahas serta disesuaikan dengan kerangka teori yang tekah dibuat untuk mencari kebenaran tentang hipotesis yang telah didapat sesuai dengan data eksperimen atau tidak.

6.      Menarik kesimpulan
Kesimpulan didapat dari data eksperimen. Ada dua kemungkinan kesimpulan, yaitu hipotesis diterima atau hipotesis ditolak. Hipotesis diterima jika hasil eksperimen sesuai dengan hipotesis, yaitu ada keterkaitan avtarvariabel. Hipotesis ditolak jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis dan tidak ada keterkaitan antar variabel.
7.      Mempublikasikan hasil
Mempublikasdikan hasil adalah menginformasikan kepada orang lain dari eksperimen yang telah dilakukan, agar orang lain mengetahui atau dapat menguji cobakan kembali. Mempublikasikan hasil dapat dilakukan dengan menyusun laporan hasil penelitian (laporan ilmiah), menerbitkan dalam bentuk jurnal penelitian.
Susunan laporan ilmiah secara umum adalah sebagai berikut.
-          Judul
-          Kata Pengantar
-          Daftar Isi
-          Bab I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 hipotesis Penelitian
-          Bab II. Tinjauan Pustaka
-          Bab III. Metodologi Penelitian/Bahan dan Metode Kerja
-          Bab IV. Hasil dan Analisis/Pembahasan
-          Bab V. Kesimpulan dan Saran

-          Daftar Pustaka