BAB IV
ENCODER DAN DECODER
Encoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi
untuk mengkonversikan kode yang lebih dikenal oleh manusia ke dalam kode yang
kurang dikenal manusia. Decoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi
untuk mengkonversikan kode yang kurang dikenal manusia kedalam kode yang lebih
dikenal manusia.
Contoh
A.
Encoder Oktal ke Biner
ENCODER oktal ke biner ini terdiri dari delapan input,
satu untuk masing-masing dari delapan angka itu, dan tiga output yang
menghasilkan bilangan binernya yang sesuai. Rangkaian itu terdiri dari gerbang
OR. Berikut tabel kebenarannya.
Diandaikan hanya ada satu saluran input dengan logik 1
untuk setiap kalinya, seelain dari itu input tersebut tidak mempunyai arti.
Tampak bahwa rangkaian itu mempunyai delapan input yang dapat memberikan 28
kemungkinan kombinasi, tetapi hanya delapan kombinasi yang mempunyai arti.
B.
Decoder Biner ke Octal
Pada decoder dari biner ke oktal ini terdapat tiga input
yaitu A, B dan C yang mewakili suatu bilangan biner tiga bit
dan delapan output yang yaitu D0
sampai dengan D7 yang mewakili angka oktal dari 0 sampai
dengan
Dalam hal ini unsur informasinya adalah delapan angka
oktal. Sandi untuk informasi diskrit ini terdiri dari bilangan biner yang diwakili
oleh tiga bit. Kerja dekorder ini dapat lebih jelas tampak dari hubungan input
dan output yang ditunjukan pada tabel kebenaran dibawah ini. Tampak bahwa
variabel outputnya itu hanya dapat mempunyai sebuah logk 1 ntuk setiap
kombinasi inputnya. Saluran output yang nilainya sama dengan 1 mewakili angka
oktal yang setara dengan bilangan biner pada saluran inputnya
.
C. Peraga 7
segmen
Untuk
menampilkan bilangan yang dikeluarkan oleh decoder akan dapat dipakai sebuah penampil 7-segmen (seven segment
display). Penampil ini terdiri dari 7-segmen yang tersusun membentuk
angka-angka, ditunjukkan pada Gb.C1.
Gb.C1
Cara mengidentifikasi segmen-segmen dalam
penampil 7-segmen
Segmen-segmen
ditandai dengan huruf-huruf a, b, c, d, e, f dan g. setiap segmen dapat diisi
sebuah filamen yang akan berpijar apabila diaktifkan. Jenis penampil semacam
ini disebut penampil pijar (incandescent display). Cara memijarkan tidak
beda dengan lampu-lampu pijar biasa.
Jenis penampil lain adalah yang segmen-segmennya
mengandung tabung gas (gas discharge tube), yang beroperasi dengan
tegangan tinggi. Penampil ini berpendar dengan warna jingga. Ada pula penampil pendaran (fluorescent
tube) yang mengeluarkan cahaya kehijauan, dan beroperasi dengan tegangan
rendah.
Penampil yang
banyak dipakai adalah yang menerapkan LED (Light Emitting Diode). Untuk
menyalakan LED diterapkanlah sirkit seperti pada Gb.C2. R=150Ω berfungsi
untuk membatasi arus agar bertahan pada 20mA. Tanpa R, LED akan terbakar. Pada
LED akan terdapat tegangan kira-kira 1,7V.
Gb.C2. Sirkit untuk menyalakan LED
Gb.C3
Asas menyalakan LED.
LED yang dibumikan (lewat R=150 Ω) akan menyala
Setiap segmen didalam penampil pada Gb.C1 berisi satu LED. Adapun
asasnya hubungan LED ditunjukkan dalam Gb.C3, yaitu anoda-anoda disatukan dan
diberi potensial +Vcc (5V). katodalah yang diberi logik 0 atau 1 dari dekoder
lewat R=150Ω. Apabila saklar ditutup, maka katoda yang bersangkutan memperoleh
logik 0 dan LED itupun menyala, sebab sirkit baterai tertutup. Pada Gb.C4
ditunjukkan angka-angka yang akan dapat ditampilkan oleh tujuh segmen.
Gb.C4
Angka-angka yang akan dapat ditampilkan oleh 7-segmen
Sebagai contoh,
untuk menyalakan atau menampilkan angka 6, maka saklar a, c, d, e, f, dan g
harus ditutup, sehingga segmen-segmen a, c, d, e, f, dan g pun menyala. Dalam
pelaksanaan praktek, segmen-segmen a hingga g dikoneksikan langsung pada
keluaran a hingga g pada dekoder. Keluaran yang aktif akan meng-ground-kan
segmen yang berkoneksi padanya, sehingga segmen tersebut menyala. Contoh,
keluaran pada dekoder (a, b, c) aktif, maka output-output itu masing-masing
meng-ground-kan katodanya LED yang ada di segmen a, b, dan c, sehingga
tampilah 7.
C.
Decoder BCD ke Desimal
Rangkaian Dekoder BCD ke desimal
ditunjukan pada gambar D2. Unsur informasi dalam hal ini adalah sepuluh angka
desimal yang diwakili oleh sandi BCD. Masing-masing keluarannya sama dengan 1
hanya bila variabel masukannya membentuk suatu kondisi bit yang sesuai dengan
angka desimal yang diwakili oleh sandi BCD itu. Tabel D2 menunjukkan hubungan
masukan dan keluaran dekoder tersebut. Hanya sepuluh kombinasi masukan pertama
yang berlaku untuk penentuan sandi itu, enam berikutnya tidak digunakan dan
menurut definisi, merupakan keadaan tak acuh. Jelas keadaan tak acuh itu pada
perencanaannya digunakan untuk menyederhanakan fungsi keluarannya, jika tidak
setiap gerbang akan memerlukan empat masukan. Untuk kelengkapan analisis tabel
D2 memberikan semua keluaran termasuk enam kombinasi yang tidak terpakai dalam
sandi BCD itu; tetapi jelas keenam kombinasi tersebut tidak mempunyai arti
apa-apa dalam rangkaian itu.
Dekoder dan enkoder itu banyak sekali dipakai dalam
sistem digital. Dekoder tersebut berguna untuk memperagakan unsur informasi
diskret yang tersimpan dalam register. Misalnya suatu angka desimal yang
disandikan dalam BCD dan tersimpan dalam register empat sel dapat diperagakan
dengan pertolongan rangkaian dekoder BCD ke desimal dimana keluaran keempat sel
biner tersebut diubah sehingga menyalakan 10 lampu penunjuk. Lampu penunjuk itu
dapat berupa angka peraga (display digit),
sehingga suatu angka desimal akan menyala bila keluaran dekoder yang sesuai
adalah logika 1. Rangkaian dekoder juga berguna untuk menentukan isi register
dalam proses pengambilan keputusan. Pemakaiannya yang lain adalah untuk
membangkitkan sinyal waktu dan sinyal urutan untuk keperluan pengaturan.
Tabel D2
Tabel kebenaran decoder BCD ke desimal
Masukan
|
Keluaran
|
||||||||||||
w
|
x
|
y
|
z
|
D0
|
D1
|
D2
|
D3
|
D4
|
D5
|
D6
|
D7
|
D8
|
D9
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
Gb.D2
Dekoder BCD ke decimal
Decoder BCD ini ada 2 macam yaitu yang outputnya aktif
level tinggi dan yang outputnya aktif rendah sehingga membutuhkan 7 segmen yang
berbeda. Untuk aktif level tinggi menggunakan 7 segmen kommon katoda, sedangkan
untuk aktif level rendah menggunakan 7 segmen kommon anoda.
Contoh
rangkaian
Decoder
BCD to 7
segmen
kommon
anoda
Tabel Kebenaran Decoder common anoda
Tabel Kebenaran Decoder common katoda
Dengan demikian untuk peraga 7 segmen jenis common
cathode memerlukan decoder dengan output jenis active high untuk menyalakan
setiap segmennya, sedangkan untuk peraga 7 segmen jenis common anode memerlukan
decoder dengan output jenis active low.
No comments:
Post a Comment